Senin, 03 Agustus 2009

Mengqadha Dzikir Pagi Dan Petang

Tanya: Assalamu'alaikum pak ustadz. Saya mau tanya, jika kita kesiangan bangun, lalu setelah kita shalat shubuh yang kesiangan itu, masihkah disyariatkan membaca dzikir pagi dan petang ? Terima kasih sebelumnya, semoga Allah selalu memberikan barokah pada pak ustadz. (Wawan)


Jawab: Wa'alaikumsalam warahmatullahi wabarakatuhu. Wa fiika barakallhu.
Allah ta'ala berfirman:
) وَسَبِّحْ بِحَمْدِ رَبِّكَ قَبْلَ طُلُوعِ الشَّمْسِ وَقَبْلَ الْغُرُوبِ)(قّ: من الآية39)
Dan bertasbihlah sambil memuji Rabbmu sebelum terbit matahari dan sebelum terbenam(nya). (QS. 50:39)
Berdasarkan ayat di atas Ibnul Qayyim telah merajihkan bahwasanya waktu membaca dzikir pagi adalah setelah subuh sampai terbit matahari dan waktu membaca dzikir petang adalah habis shalat ashar sampai tenggelam matahari..
Beliau berkata:
في ذكر طرفي النهار وهما ما بين الصبح وطلوع الشمس وما بين العصر والغروب
"Dzikir di kedua ujung hari, dan keduanya adalah antara subuh sampai terbit matahari dan antara ashar sampai tenggelam matahari" (Lihat Al-Wabil Ash-Shayyib 239-240, Dar 'Alamil Fawaid)
Berkata Syeikh Bakr Abu Zaid:
بين الله سبحانه في القرآن الكريم طرفي النهار محل أذكار الصباح والمساء في آيات منها: ) وَسَبِّحْ بِحَمْدِ رَبِّكَ قَبْلَ طُلُوعِ الشَّمْسِ وَقَبْلَ الْغُرُوبِ)(قّ: من الآية39)، فمحل ورد الصباح في الإبكار وهو الغدو بعد صلاة الصبح وقبل طلوع الشمس، ومحل ورد المساء في العشي وهو الآصال بعد صلاة العصر قبل الغروب، والأمر فيهما واسع كمن عرض له شغل، والحمد لله.
"Allah subhanahu telah menjelaskan di dalam Al-Quran Al-Karim bahwa kedua ujung siang adalah waktu dzikir pagi dan petang dalam beberapa ayat, diantaranya firman Allah yang artinya: Dan bertasbihlah sambil memuji Rabbmu sebelum terbit matahari dan sebelum terbenam(nya). (QS. 50:39). Maka waktu dzikir pagi adalah ketika Ibkar dan Ghuduw yaitu setelah shalat subuh dan sebelum terbit matahari, dan waktu dzikir petang adalah ketika 'Asyiyy dan Al-Aashal yaitu setelah shalat ashar sebelum tenggelam matahari. Dan perkaranya luas, seperti orang yang memiliki kesibukan, walhamdulilllah" (Tashhihud Du'a' hal:337)
Yang ana pahami dari perkataan beliau boleh bagi kita mengqadha dzikir tersebut apabila kita tersibukkan dengan sesuatu atau ketiduran.
Berkata An-Nawawy ketika mensyarh hadist:
وكان إذا غلبه نوم أو وجع عن قيام الليل صلى من النهار ثنتي عشرة ركعة
"Dan beliau shallallahu 'alaihi wa sallam apabila ketiduran atau sakit sehingga tidak bisa shalat malam, beliau shalat di siang hari 12 rakaat" (HR.Muslim)
Beliau berkata:
هذا دليل على استحباب المحافظة على الأوراد وأنها إذا فاتت تقضي
"Ini dalil dianjurkannya menjaga dzikir-dzikir dan bahwasanya kalau dia luput maka diqadha" (Syarh Shahih Muslim, An-Nawawy 6/27)
Wallahu a'lam.

2 komentar:

  1. Assalamu'alaikum,
    Ustadz,jadi amalan sunnah yang kita sudah rutinkan apabila ada uzur yang tidak disengaja boleh diqodho' ya...? Tetapi kalau memang kita tidak rutin, tidak bisa diqodho'? Afwan, mohon koreksinya jika saya salah tangkap.

    BalasHapus
  2. wa'alaikumsalam. Iya, demikian yang saya pahami. Wallahu a'lam.

    BalasHapus