Jumat, 14 Agustus 2009

Musafir Singgah Di Sebuah Tempat Lebih Dari Empat Hari

Tanya: Assalamualaykum. Insya Alloh ana akan mengadakan safar ke Jakarta (dari Balikpapan) untuk waktu sekitar 2 minggu dengan niat silaturrahim. Bagaimana sholat yang harus ana kerjakan? Sebelumnya ana melakukan sholat dengan jama' dan qoshor (safar yang lalu). Namun ada sumber lain (afwan ana ga tau pasti dari siapa)mengatakan sholat yang ana harus kerjakan yaitu tidak di jama' namun tetap diqoshor. Bagaimana ustadz penjelasan yang rojihnya?
agar ana bisa yakin bagaimana seharusnya ana sholat saat di Jakarta nanti. Baarokallahu fiik. Jazzakallahu khoiron katsiron (Ummu Aufa)



Jawab: Wa'alaikumsalam warahmatullahi wabarakatuhu. Wa fiikum barakallahu
Seorang musafir yang berniat singgah di sebuah tempat lebih dari 21 shalat (4 hari) dan dia mengetahui kapan selesai hajatnya atau sudah menentukan berapa lama tinggal disana. maka hukumnya seperti orang yang muqim. Hendaknya menyempurnakan shalat (tanpa diqashar) dan mengerjakan setiap shalat pada waktunya (tanpa dijamak) kecuali ada sebab seperti sakit dll.

Dan ini adalah pendapat jumhur ulama,Imam Malik, Imam Asy-Syafi'i, dan Imam Ahmad (lihat Al-Mughny 3/147-148)
Mereka berdalil dengan apa yang dilakukan oleh Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam ketika haji wada', dimana beliau tinggal di Mekah selama 4 hari sebelum pergi ke Mina, mengqashar shalat. Oleh karena barangsiapa yang tinggal lebih dari 4 hari maka menyempurnakan shalatnya.
Berkata Al-Lajnah Ad-Daimah:
وهذا المسافر إذا نوى الإقامة ببلد أكثر من أربعة أيام فإنه لا يترخص برخص السفر ، وإذا نوى الإقامة أربعة أيام فما دونها فإنه يترخص برخص السفر . والمسافر الذي يقيم ببلد
ولكنه لا يدري متى تنقضي حاجته ولم يحدد زمناً معيناً للإقامة فإنه يترخص برخص السفر ولو طالت المدة ، ولا فرق بين السفر في البر والبحر
"Dan musafir apabila berniat tinggal di sebuah daerah lebih dari 4 hari maka dia tidak mengambil keringanan orang yang safar. Dan jika berniat tinggal 4 hari atau kurang maka mengambil keringanan-keringanan safar. Dan seorang musafir yang tinggal di sebuah tempat dan dia tidak tahu kapan selesai hajatnya dan tidak menentukan berapa lama tinggal disana maka dia boleh mengambil keringanan safar, meski lama waktunya. Dan tidak ada bedanya bepergian lewat darat atau laut" (Fatawa Al-Lajnah Ad-Daimah 8/99-100, Lihat juga Majmu' Fatawa Syeikh Bin Baz 12/273)
Wallahu a'lam.

1 komentar:

  1. yang benar adalah selama seseorang masih dalam lingkup safar. walau dia mukim cukup lama, maka dia boleh tetap qashar.

    Dalam Musnad Ahmad, disebutkan dari Jabir bin Abdullah bahwa Rasulullah mengqashar di Tabuk selama 20 hari. (HR. Ahmad, Abu Daud, Al Baihaqi dalam As Sunan Al Kubra, sanadnya shahih)

    Dari Ibnu Abbas Radhiallahu 'Anhuma, bahwa Rasulullah pernah mengadakan perjalanan selama 19 hari dan selalu mengerjakan shalat dua rakaat. (HR. Bukhari)

    Anas bin Malik bermukim di Syam dua tahun mengqashar.

    Aburrahman bin Samurah bermukim di kota Kabul dua tahun juga mengqashar.

    Ibnu Umar bermukim di Azarbaijan enam bulan dan selalu qashar.

    Inilah pandangan Imam Ibnu Taimiyah, Imam Ibnul Qayyim, Imam Ibnul mundzir, Syaikh Sayyid Sabiq ...

    BalasHapus