Senin, 15 Juni 2009

Cara Duduk Ma'mum Masbuq, Iftirasy atau Tawarruk?

Tanya: Assalamu'alaikum...Ana mau tanya... bagaimana sifat duduknya seorang makmum yang masbuk ketika mendapatkan imam sedang duduk raka'at ke dua/ ketiga?? mohon penjelasannya... (Abdul Aziz)


Jawab:
Wa'alaikumsalam. Sifat duduk apapun yang antum lakukan ketika shalat (tawarruk atau iftirasy atau yang lain) maka tidak membatalkan shalat (Lihat Al-Majmu', An-Nawawy 3/450), namun manakah cara duduk yang afdhal bagi masbuq?
Yang kuat dari pendapat ulama adalah yang mengatakan bahwa masbuq duduk mengikuti duduk imam.
Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
إنما جعل الإمام ليؤتم به
"Sesungguhnya imam itu diangkat untuk diikuti" (HR.Al-Bukhari dan Muslim).
Dan ini adalah pendapat sebagian dari ulama Asy-Syafi'iyyah. (Lihat Al-'Aziz Syarhul Wajiz 1/530, Darul Kutub Al-'Ilmiyyah)
Syeikh Abdul Muhsin Al-Abbad hafidzahullahu pernah ditanya:
نرجو توضيح كيفية جلوس المسبوق إذا وجد الإمام في الركعة الأخيرة؟ وهل يدعو فيها بدعاء التشهد الأول أو الأخير؟
Maka beliau menjawab:
المسبوق إذا جاء والإمام في التشهد الأخير يجلس كجلوس الإمام وكجلوس المصلين الذين لم يسبقوا، فيجلس متوركاً كما جاءت في ذلك السنة عن رسول الله صلى الله عليه وسلم، فالإمام يتورك ومن وراءه يتورك والمسبوق يتورك، ولا يعتبر نفسه أنه في التشهد الأول، بل يأتي بالتشهد ويأتي بالصلاة على النبي صلى الله عليه وسلم ويدعو ويكثر الدعاء حتى يسلم الإمام، فهو يتابع الإمام في هيئة الجلوس وفي كونه يتشهد ويصلي على النبي صلى الله عليه وسلم، ويتخير من الدعاء ما شاء، كما جاء ذلك عن رسول الله صلى الله عليه وسلم. وليس معنى ذلك أنه يجلس في التشهد يسكت، بل يفعل كما يفعل الإمام.
"Jika datang masbuq dan mendapati iman sedang tasyahhud akhir maka dia duduk seperti duduknya imam, dan duduk seperti duduknya makmum yang lain yang mendahuluinya, maka dia duduk dengan tawarruk sebagaimana telah datang sunnah dari Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam. Maka imam duduk tawarruk, dan orang yang di belakangnya juga tawarruk, demikian pula yang masbuq, dan jangan dia menganggap bahwa dirinya sedang tasyahhud awal, akan tetapi hendaknya dia membaca tasyahhud, kemudian membaca shalawat atas nabi shallallahu 'alaihi wa sallam, kemudian berdoa dan memperbanyak doa sampai imam mengucapkan salam. Jadi masbuq mengikuti imam dalam cara duduk, tasyahhud, bershalawat, memilih doa sesuai dengan yang dia kehendaki sebagaimana datang dari Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam. Dan bukan berarti dia duduk tasyahhud kemudian diam, akan tetapi melakukan apa yang dilakukan imam." ( Pertanyaan Diajukan Kepada Beliau ketika Mensyarh Sunan Abi Dawud, Kitab Ash-Shalat, setelah Bab As-Sahwi fi Assajdatain)
Syeikh Shalih bin Fauzan hafidhahullahu juga pernah ditanya tentang masbuq yang mendapati imam sedang tasyahhud akhir dan duduk tawarruk, apakah masbuq tersebut duduk tawarruk seperti imam atau iftirasy? Maka beliau menjawab hendaklah dia mengikuti imam dengan duduk tawarruk, namun seandainya masbuq tersebut duduk iftirasy maka tidak mengapa) (Antum bisa mendengar fatwa beliau ini di website beliau:
http://www.alfawzan.ws/AlFawzan/FatwaaTree/tabid/84/Default.aspx?View=Page&NodeID=10772&PageID=3688).
Wallahu ta'aala a'lam.

4 komentar:

  1. Assalaamu'alaykum, ustadz.

    Bila seseorang memilih pendapat duduk tawarruk dalam shalat 2 rakaat, sedangkan ana duduk iftirasy, kemudian kami shalat berjamaah dan orang tersebut menjadi imam, apakah ana harus duduk tawarruk ketika rakaat terakhir, ataukah tetap iftirasy?
    Jazaakallaahu khayr atas jawabannya.

    BalasHapus
  2. Wa'alaikumsalam. Boleh bagi antum tetap duduk iftirasy. Syeikh Muhammad bin Shalih Al Utsaimin di dalam Asy-Syarh Al Mumti' menyebutkan sebuah permasalahan ini yaitu jika imam berpendapat duduk tawarruk di setiap tasyahhud yang diikuti salam meski pada shalat 2 rakaat, sedangkan makmum berpendapat duduk tawarruk hanya ketika tasyahhud yang kedua saja (yaitu di dalam shalat yang ada 2 tasyahhud) maka boleh bagi makmum berbeda cara duduknya dengan imam seandainya makmum berpendapat duduk iftirasy dan imam berpendapat duduk tawarruk, karena hal tersebut tidak mengakibatkan ketinggalan dari gerakan imam. (Lihat Asy-Syarh Al-Mumti' 2/320)

    BalasHapus
  3. Assalamu'alaykum, ustadz. Jazakallahu khayr.
    Akan tetapi, ana masih bingung karena Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda yang artinya: "Sesungguhnya imam itu diangkat untuk diikuti". Mengapa dalam hal ini, makmum tidak mengikuti cara duduknya imam? Manakah yang lebih afdhal di antara keduanya?
    Jazakallahu khayr atas jawabannya.
    Barakallahu fiikum..

    BalasHapus
  4. Assalamu'alaykum

    Ustadz,
    A. Bagaimana seharusnya bila menjadi makmum masbuq dan menghadapi imam sedang rukuk atau sujud atau gerakan lain selain berdiri? Bagaimana yang seharusnya (semuanya ini pernah saya lihat bila ada makmum yang masbuq):
    1. Kita langsung mengikuti gerakan imam tanpa takbirotul ikhrom dulu
    2. Mengikuti imam dengan takbirotul ikhrom dan bersedekap dulu baru mengikuti gerakan imam, misal imam sujud maka makmum juga sujud.
    3. Mengikuti imam dengan takbirotul ikhrom dan langsung mengikuti gerakan imam(tanpa bersedekap), misal imam sujud maka makmum juga sujud.
    4. Takbirotul ikhrom kemudian bersedekap dan menunggu imam berdiri bila imam sedang sujud kedua.
    B. Darimanakah dikatakan sempurnanya 1 rakaat bila menjadi makmum masbuq? Ada yang bilang bila tertinggal al fatihah maka belum sempurna 1 rakaat dan ada yang bilang bila imam sudah rukuk berarti kita masih belum sempurna 1 rakaat.

    Syukron jawabannya, saya benar2 awam.
    Jazakallahu khoiron...

    BalasHapus